Portofolio meupakan hal yang sangat penting baik untuk melamar kerja maupun untuk mendapatkan project. Portofolio memberikan gambaran sekilas tentang kemampuan anda sebagai calon pekerja, apakah kemampuan anda sesuai dengan yang dicari atau tidak.
Susunan Portofolio Digital Marketing
Perlu diingat bahwa portoflio digital marketing tidak sama dengan creative, web developer, UI/UX designer, atau sejenisnya yang menonjolkan hasil produksi
Portofolio digital marketing harus berorientasi pada hasil atau berorientasi pada performance
Sebuah kesalahan jika anda malah fokus ngurusin visual, padahal yang dilihat oleh calon kantor/klien anda adalah hasil yang anda dapatkan
Problem
Problem atau masalah yang dihadapi adalah hal utama yang harus anda berikan di portofolio anda. Bagian ini bertugas untuk memberikan gambaran, apakah anda memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi masalah secara akurat atau tidak.
Bagian problem bisa diisi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh klien atau oleh kantor.
Contoh Masalah di Portofolio |
Tidak harus banyak-banyak, kita di sini mainnya kualitas. Lagipula ngapain nge-list masalah yang tidak relevan/dikarang-karang/atau bahkan tidak exist
Contoh masalah yang tidak relevan: menambahkan goal produksi konten, padahal anda ditugaskan untuk meningkatkan performa
Problem juga harus spesifik, bahkan jika ada metrik-nya akan lebih baik.
Contohnya ketika anda handle ads, klien menemui problem yang memiliki masalah dengan konversi (cost per result-nya jelek), nah anda bisa menambahkan itu di daftar masalah yang dihadapi.
Solution
Setelah anda mengidentifikasi masalah yang ditemui klien, tentunya anda memerlukan action plan untuk mengatasi masalah tersebut
Contoh Solusi Portofolio |
Lagi, solusi yang anda buat bukan adu banyak dan jangan dikarang-karang. Pastikan juga solusi yang ditambahkan ke dalam portofolio, nyambung dengan permasalahan yang disebutkan
Misalnya kalau permasalahan yang terjadi adalah CPR terlalu tinggi, masukkan inisiatif yang bisa menurunkan CPR. Jangan yang lain
Ada beberapa kasus portofolio yang problem dan solutionnya nggak nyambung
Yah, saya juga beberapa kali menemukan.
Misalnya masalah ada di CPR, tapi solusi yang ditawarkan malah nyambungnya ke peningkatan produksi konten yang which is, ga nyambung.
Kalau goalnya soal CPR, fokuslah ke penjelasan bagaimana CPR itu bisa turun. Jangan menjelaskan ke mana-mana.
Execution
Eksekusi kadang tidak berjalan sesuai plan awal, karena itu ini perlu diinformasikan.
Selain itu, informasi eksekusi juga bisa memuat timeline pengerjaan, sehingga calon pemberi kerja bisa mengetahui gambaran waktu yang anda butuhkan untuk menyelesaikan sebuah project.
Informasi execution juga bisa memuat detail tools yang digunakan.
Sebagai contoh, anda mungkin bisa menambahkan ChatGPT, Hootsuite, dan Notion untuk membantu membuat dan memonitor konten di social media.
Result
Ini adalah bagian terakhir, sekaligus puncak dari file portofolio yang anda buat.
Contoh Result di Portofolio |
Ya tentu saja perbandingan hasil dari sebelum ditangani dan setelah ditangani
Kalau hasilnya gagal gimana? Ya jangan dimasukin lah
Tentu saja kembali lagi, anda harus menunjukkan perbandingan yang relevan, sesuai dengan problem dan plan yang ditulis sebelumnya.
Saya pernah ketemu portofolio tentang paid ads yang KPI-nya CPR conversion, tapi yang dibahas malah reach dan impressions. Tentu saja kedua metrik itu tidak relevan.
Kalau ngurusinnya CPR, ya tulislah perbandingan CPR-nya. Tidak perlu muter-muter kiri kanan.
Pro tip! Gunakan persentase untuk menunjukkan seberapa besar perbandingan hasil yang didapatkan sebelum dan sesudah memakai solusi dari anda
Bagaimana Jika Belum Punya Portofolio?
Sekarang bagaimana untuk kasus pekerja fresh graduate atau career switcher yang masih belum punya portfolio sama sekali. Tenang, saya ada 2 solusi untuk anda.
Tapi tahu diri juga, kalau anda ga ada pengalaman ya jangan melamar pekerjaan yang membutuhkan pengalaman. Anda cari penyakit namanya.
Cari kerja/project yang entry level
Ada banyak bisnis/projek yang tingkat kesulitannya masih belum terlalu tinggi.
Loker entry level, mungkin bukan yang terbaik. Tapi cocok untuk memulai |
Contoh pada perusahaan entry level yang kebutuhan digital marketingnya masih baru memulai, tentu mereka tidak bisa menaruh budget terlalu besar untuk mencari expert.
Dan tentunya mereka akan memilih untuk mempekerjakan orang yang masih di entry level, yang pastinya tidak punya portofolio.
Anda bisa menambahkan informasi kemampuan yang relevan. Misalnya jika anda melamar sebagai social media admin, anda bisa menuliskan kemampuan yang berhubungan dengan social media. Seperti mampu menyusun content plan atau menciptakan konten sederhana.
Bikin project sendiri juga oke!
Tidak ada project yang masuk ke anda karena masalah portofolio? Ya buat aja project anda sendiri.
Tapi berbeda dengan dunia creative yang bisa diisi dengan fake project, digital marketing tidak bisa. Anda harus membuat project nyata sendiri.
Graph performa dari blog pribadi, bisa dipakai untuk portofolio pertama |
Skala project-nya tidak perlu besar-besar. Misalnya anda mau melamar sebagai SEO Specialist, ya coba aja implementasikan skill SEO anda di blog pribadi. Lalu anda catat hasilnya.
Jenis project seperti ini juga bisa digunakan untuk melamar atau mendapatkan project entry level yang tingkat kesulitannya tidak terlalu tinggi.
Portofolio Digital Marketing Tidak Mementingkan Visual!
Perlu diingat anda tidak perlu pusing-pusing memikirkan jenis design yang anda gunakan untuk membuat portofolio.
Ingat, digital marketing mementingkan performance. Percuma design portofolio anda bagus, jika angka yang ditampilkan tidak seksi atau portofolio hanya berisi kalimat-kalimat kosong.
Lebih baik anda pakai template power point, tapi angkanya powerful. Toh nantinya bukan anda kan yang akan ngurusin design?
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.