Semakin hari, jaman semakin maju. Sayangnya, semakin hari manusia juga semakin menunjukkan sifat individualismenya, terutama jika anda tinggal di kota besar. Masalah ekonomi menjadi alasan utama mengapa sifat individualisme ini muncul.
Pada dasarnya, semua manusia dilahirkan dengan sifat yang baik. Anda tentu tidak pernah melihat bayi yang menyimpan dendam bukan? Pengaruh lingkungan-lah yang menjadikan manusia berubah. Perubahan ini bisa ke arah yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk.
Seberapa banyak orang yang masih rutin ikut kegiatan di kampungnya? Mungkin jika anda tinggal di pemukiman penduduk biasa, masih bisa mengikuti kegiatan warga secara rutin. Bagaimana dengan orang yang tinggal di perumahan besar atau apartemen? Jelas sangat terasa sekali eksklusivitasnya.
Sifat keegoisan, sebenarnya tidak muncul dengan sendirinya dari dalam diri orang itu. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwa tidak ada manusia yang lahir dengan sifat yang buruk. Lingkungan lah yang menjadikan diri orang itu menjadi egois.
Bisa karena pendidikan yang salah dari orang tua (seperti terlalu dimanja dan dibela pada saat apapun) tapi bisa juga karena kejadian buruk yang menimpa dirinya.
Setiap orang memiliki kemampuan menerima yang berbeda-beda. Ada orang yang bisa menerima apapun kesialan maupun tindakan dari orang lain yang ia dapatkan, ada yang bisa sebagian saja, dan ada juga yang tidak bisa menerima sampai suatu batas.
Manusia baik ditindas?
Banyak terjadi di dunia ini, dimana posisi orang yang “baik” semakin tertindas. Kita bisa melihat dari bagaimana kompensasi yang didapatkan ketika anda melakukan sesuatu. Apakah anda mendapatkan hadiah atau rewards yang setimpal ketika melakukan kegiatan yang baik? Dan seberapa besarkah hukuman atau punishment ketika anda melakukan kegiatan yang buruk?
Ketidak seimbangan ini lah yang pada akhirnya mempengaruhi sifat orang tersebut. Orang yang menerima hukuman dan hadiah yang setimpal pada setiap perbuatan bisa dipastikan dia akan lebih bijak dalam menilai sesuatu. Sebaliknya, orang yang menerima rasio hukuman lebih besar dari rasio hadiah ini yang berpotensi menjadi orang egois.
Apa maksud dari ketidakseimbangan rasio itu? Sekarang kita lihat dari lingkungan kita sendiri. Berapa besar hadiah yang diberikan kepada anak ketika ia melakukan segala sesuatu sesuai aturan? Kebanyakan dari kita malah memberi komentar “sudah seharusnya seperti itu” bukan? Namun, bagaimana dengan anak yang melanggar aturan? Seberapa besar hukuman yang diterima? Bisa bermacam-macam, bahkan kadang terasa berlebihan sampai penyiksaan fisik dan psikologis. Ini yang mendasari mengapa seseorang menjadi egois.
Sebagai contoh tambahan. Berapa banyak orang yang memuji ketika melihat ada perbuatan baik yang dilakukan seseorang dan berapa banyak hujatan yang disampaikan ketika melihat ada perbuatan buruk yang dilakukan seseorang juga. Rasionya sangat tidak berimbang, bahkan kerap kali saya juga menemui orang yang melontarkan hujatan kepada sesorang yang telah melakukan hal baik.
Egois awal segalanya
Dengan seseorang sudah tidak memperhatikan kepentingan orang lain, maka jadilah ia akan menghalalkan cara apapun demi mendapatkan apa yang dia kehendaki. Karena sudah mengetahui kalau orang baik tidak akan mendapatkan hasil apapun, maka jadilah ia orang yang buruk.
Hukum laba rugi pun diberlakukan pada perilaku. Ini juga menjadi alasan mengapa begitu banyak orang yang korupsi dan melakukan tindak pencucian uang. Mereka sudah memperhitungkan keuntungan yang didapat dibandingkan dengan hukuman yang diterima, dimana ini dirasa lebih menguntungkan daripada menjadi orang yang jujur yang malah berpotensi untuk “dimakan” oleh orang lain yang berani melakukannya.
Tentu anda juga sering menemui oknum birokrasi yang mempersulit proses pembuatan dokumen atau pelaporan bukan? Bukan dari segi pemerintah juga, bahkan dari swasta sekalipun. Ini terjadi karena mereka merasa kalau keuntungan yang didapatkan dari suap lebih banyak daripada melakukan hal yang jujur.
Bisa diperbaiki?
Bisa, tapi akan sangat sulit. Mengingat tatanan masyarakat kita sudah terlanjur mengikuti arus “negatif”. Tapi, jika kita memulai dari hal yang kecil dan diri sendiri maka niscaya tatanan masyarakat kita yang sudah rusak ini akan bisa dirubah ke yang lebih baik.
Kita mungkin tidak bisa mengatakan hal-hal idealis sampai menghapuskan korupsi 100% di dunia. Tapi setidaknya kita bisa mengurangi angka persentase yang ada dengan menerapkan keseimbangan bagi diri kita dan orang lain.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.