Di dalam dunia marketing, memahami kebiasaan pengguna adalah kunci kesuksesan utama. Ketika kita tahu apa saja keraguan, keinginan, kebutuhan, dan apapun yang menjadi pertimbangan user, maka kita selangkah lebih dekat ke kesuksesan campaign
Sekarang pertanyaannya, bagaimana cara kita memahami itu? Bagaimana cara kita bisa memprediksi perilaku user tersebut?
Apa Itu User Behavior?
Kalau kita terjemahkan, ya artinya kebiasaan/perilaku pengguna
Karena setiap pengguna pasti memberikan reaksi ketika berhadapan dengan materi marketing. Contohnya seperti anda yang memberikan reaksi berupa membaca konten ini
Cuek/tidak memberikan feedback juga termasuk reaksi
Jenis reaksi itu ada macam-macam. Ada yang excited dan langsung menjadi user kita, ada yang skeptis cuek-cuekan dulu sampai ketemu berkali-kali baru mereka memberikan reaksi.
Mengingat manusia itu unik, kita perlu tahu bahwa reaksi setiap orang bisa berbeda. Sehingga kita juga perlu paham bahwa materi kita tidak mungkin cocok untuk semua orang.
Bagaimana Cara Memprediksinya?
Untuk bisa memprediksi perilaku user, kita harus memahami bisnis kita terlebih dahulu
Agar lebih objektif, saya akan menggunakan contoh dari akun LinkedIn dan akun Twitter yang saya kelola. Sehingga apa yang saya tulis tidak hanya menjadi sebatas teori yang dipertanyakan
Sedikit konteks:
- Akun LinkedIn saya, Dwinandha Legawa, membahas soal digital marketing
- Twitter saya, @txtdrdigital, juga membahas tentang dunia digital marketing
Definisi konversi keduanya adalah followers dan inkuiri bisnis. Jadi kita akan membaca behavior user berdasarkan dari 2 sudut pandang itu.
Coba kita lihat bagaimana prediksi user behavior dari konten ini
Mari kita akhiri soal perdebatan
“Apakah boleh naruh harga di konten?”
Alasan kenapa boleh
dan kenapa tidak boleh🧵 pic.twitter.com/ke5DrWrWb6
— Bacotin Digital Marketing (@txtdrdigital) June 13, 2023
Cukup straightforward ya
Audience akan merasa terkulik karena hook pertanyaan “apakah boleh naruh harga di konten?”, karena memang perdebatan itu ada.
Lalu mereka akan mencari tahu lebih lanjut karena didukung dengan subline “alasan kenapa boleh dan kenapa tidak boleh”
Coba kita lihat di konten kedua
Dan memang konten tersebut dibuat untuk menjawab pertanyaan newbie soal digital marketing, yang biasanya bingung apakah mereka wajib menguasai SEO atau tidak.
Prediksi behaviornya, tentu mereka menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut + mendapatkan insight tambahan tentang bagaimana mempelajari-nya.
Kesimpulannya
Dengan memahami profil bisnis sendiri, kita tahu apa permasalahan yang terjadi di lapangan
Dan dengan memahami permasalahan, kita bisa tahu bagaimana cara mengeksplotiasi masalah tersebut menjadi sebuah konten
Konten yang sesuai dengan realita, tentu akan lebih mudah mendapatkan respon yang kita inginkan.
Tinggal bagaimana cara kita membuat audience tertarik dengan konten kita. Pastikan anda menggunakan hook yang terbaik untuk memancing perhatian.
Perhatikan juga flow dari konten. Manusia pada dasarnya melakukan scanning pada konten, bukan membaca kata demi kata.
Dengan flow yang teratur, audience bisa menikmati konten dengan lebih mudah + melakukan action di saat krusial. Misalnya, mengklik tombol share disaat mereka mendapatkan “wow” factor dari konten.
Jangan lupa CTA juga
CTA juga harus ada di akhir konten.
Anda tidak bisa berharap orang akan menghubungi anda, jika anda tidak menulis kalau audience bisa menghubungi anda.
Ada contoh yang kurang efektif?
Ada dong, coba aja cek gambar di bawah
Kenapa saya bilang kurang efektif?
Pertama, konten ini harusnya ditujukan ke bisnis e-commerce yang punya sistem sendiri (seperti WooCommerce atau Shopify). Namun konten ini tidak menunjukkan hal tersebut
Kedua, soal wording “otomasi” tapi yang ditampilkan adalah dashboard penjualan. Keduanya tidak saling menjelaskan satu dengan yang lain. User kemungkinan tidak paham maksud dari “otomasi” yang ditawarkan
Ketiga, CTA absen di sini. Anggaplah orang tertarik, pasti orang masih ada keraguan bukan? Pertanyaannya, apakah JALA menawarkan free demo? Atau menawarkan konsultasi gratis? Atau harus langsung bayar?
Ini menjadi alasan kenapa kok engagement-nya rendah.
Enhance dengan personalized marketing
Personalized marketing bisa memberikan informasi/konten sesuai dengan perilaku setiap user.
Apalagi setiap user itu kan unik, perjalanan dari setiap user bisa berbeda.
Misalnya ada user yang berinteraksi dengan produk A dan ada juga user yang berinteraksi dengan produk B. Mengirimkan materi promosi yang sama ke kedua user, sangat tidak makes sense
Kenapa? Ya karena respon mereka sudah pasti berbeda. Bayangkan kalau anda suka dengan produk A, tapi malah dapat materi promosi tentang produk B. Ya pasti tidak akan direspon.
Jadi Apakah Anda Sudah Mengetahui Bagaimana Perilaku User dari Konten Anda?
Setiap kali kita akan membuat konten, apapun jenis kontennya mau video, gambar, audio, dll dan apapun jenis channelnya baik paid atau organic, kita wajib memahami perkiraan respon dari audience.
Sehingga konten yang kita buat tidak anyep alias dilewatin begitu saja karena tidak jelas mau direspon gimana.
Selalu buat konten dengan tujuan yang spesifik. Ingat bahwa manusia itu sangat sulit mencerna banyak informasi dalam 1 waktu, jadi jangan dipaksa. Karena target pasar anda sudah pasti manusia.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.