Conversions (atau konversi) merupakan salah satu elemen penting di dalam digital marketing. Dengan memasang definisi konversi, anda bisa tahu berapa “hasil” yang didapatkan dari strategi digital marketing yang anda lakukan.
Di level yang lebih tinggi, bahkan anda bisa melihat berapa besar porsi kontribusi dari setiap strategi digital marketing terhadap hasil yang ada.
Misalnya anda memiliki 3 jenis channel:
- Google Ads
- Community Marketing – Discord
- Meta Ads
Di Mana Saja Kita Bisa Melihat Laporan Konversi?
Laporan konversi bisa dilihat di hampir semua jenis dashboard marketing analytics. Mulai dari Google Analytics, Meta Ads, sampai ke MMP seperti AppsFlyer maupun Adjust.
Konversi biasanya berupa custom events. Artinya konversi tidak bisa didefinisikan secara default (ceperti page view contohnya, secara default tersedia di laporan), dan harus dibuat terlebih dahulu.
Apakah software analytics bisa “memprediksi” konversi kita sendiri?
Jawabannya adalah tidak bisa, sejauh ini belum ada AI yang bisa memprediksi apa bentuk konversi yang kita inginkan karena memang variabelnya terlalu banyak.
Seperti contohnya, konversi untuk bisnis cuci mobil tentu berbeda dengan bisnis e-commerce dan begitu juga dengan yang lain. Karena itu, tidak ada ceritanya konversi bisa didefinisikan secara default.
Konversi ini nantinya akan dijadikan basis data oleh software analysis tadi untuk menghasilkan informasi, mana channel marketing yang memberikan hasil terbaik berdasarkan dari jenis konversi yang dipilih
Pada strategi digital ads, konversi digunakan sebagai bahan pertimbangan algoritma untuk menayangkan iklan ke pengguna
Cara Membuat Conversions yang Tepat
Tadi sudah disebutkan bahwa konversi harus berbentuk custom event. Custom event ini bisa dibuat sebebas kita (ya namanya juga custom), seperti:
- Click WA
- Submit form
- Menonton video
- Mendownload software
- Membaca PDF
- …dan banyak lagi
Sesuaikan logikanya
Pertama-tama dan yang paling penting dalam membuat konversi: logikanya harus sama persis dengan kenyataan yang anda inginkan.
Maksudnya bagaimana?
Begini, misalnya anda mengharapkan closing pembelian dari website tapi conversions diset untuk membaca orang-orang yang mengirimkan chat WA.
Logic-nya tentu tidak sama, karena orang yang mengirimkan chat belum tentu membeli.
Salah satu dampak dari logic konversi yang tidak sesuai adalah: anda tidak bisa menganalisa performa campaign dengan baik.
Hindari keluar ekosistem
Ketika kita berbicara digital marketing, kita tentu akan berbicara ekosistem dari setiap channel yang kita gunakan. Umumnya ekosistem atau jenis channel dibagi menjadi 3 jenis:
- Owned media, channel yang kita miliki sendiri
- Paid media, channel yang kita bayar
- Earned media, channel yang kita dapatkan dari orang lain
Lalu bagaimana contoh konversi yang keluar dari ekosistem?
Misalnya anda sering berpromosi di social media, namun definisi konversinya ada di marketplace. Tentu ini sudah keluar dari ekosistem yang anda gunakan, dan bisa rawan tidak terbaca.
Tidak percaya? Coba saja ngiklan dari Instagram ke Marketplace, konversi jenis apa yang bisa anda pantau?
Namun bukan berarti tidak boleh sama sekali. Selama ada “jembatan” yang menghubungi antar ekosistem, maka tidak akan ada masalah.
Salah satu contoh jembatan yang bisa dipakai adalah “Meta Pixel” yang menjembatani ekosistem Meta (FB, IG, WA) dengan website.
Namun Meta Pixel juga memiliki keterbatasan. Anda juga perlu pengetahuan teknis saat memasang pixel ini di website
Buat seefektif mungkin
Semakin banyak konversi yang anda inginkan, semakin kompleks optimasinya.
Saya sendiri sering menemukan brand yang mau mendapatkan segalanya. Mau mendapatkan leads, mendapatkan penjualan langsung, sign up, dan sebagainya dalam 1 strategi.
Tentu hal tersebut bisa dikatakan hampir mustahil, apalagi jika ternyata budget yang disediakan sangat terbatas. Hal yang sering terjadi adalah si brand malah tidak mendapatkan apapun.
Lalu bagaimana yang seharusnya?
Buat seefektif mungkin, setepat mungkin, dan sedefinitif mungkin.
Misalnya kalau mau mendapatkan penjualan langsung, ya fokus untuk mendapatkan penjualan tersebut. Jangan noleh kanan kiri mau mendapatkan yang lain-lain.
Apakah tidak boleh ganti? Tentu saja boleh. Tapi ketika sudah melakukan penggantian, jangan melihat ke belakang lagi. Misalnya tadi anda mau mencari penjualan, lalu ganti ke prospek. Maka fokuslah dalam mencari prospek, dan jangan menilai efektivitas dari total penjualan.
Pastikan bisa terbaca platform laporan anda
Terkahir dan yang tidak kalah penting: pastikan konversi bisa terbaca software analytics yang anda pakai.
Salah satu contoh yang paling sering terjadi adalah ketika anda mengukur penjualan lewat chat WhatsApp, namun tidak mengirimkan data penjualan tersebut ke platform analytics.
Jika bisnis anda masih skala kecil, ini tidak akan memberikan masalah yang besar. Namun jika bisnis anda sudah besar, tentu ini jadi masalah.
Mengapa? Karena channel marketing anda sudah banyak dan jenis produk yang anda jual juga tentu sudah beragam. Anda tentu tahu kalau ada 1 perusahaan yang menjual 100 jenis merk bukan?
Jika anda tidak bisa membaca kebiasaan user anda, bisa jadi performa penjualan akan tergerus dari hari ke hari. Karena selain anda tidak mendapatkan insight yang lengkap, bisa jadi algoritma iklan anda juga tidak bisa berfungsi optimal.
Bagaimana Kalau Tidak ada Conversions?
Cukup self explanatory ya, kalau tidak ada konversi ya berarti bisnis anda nggak jelas. Mana ada bisnis yang nggak ada konversinya? Dari mana dapat duitnya? Bagaimana mendefinisikan seseorang telah menjadi “customer”?
Aneh kalau ada orang yang mengatakan “Bisnis saya tidak ada konversi”, ya itu antara orangnya yang tidak mengerti istilah konversi atau orangnya yang nggak ngerti bisnis.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.